Sebut saja namanya reza..anak tampan,putih,bersih,taat beragama,cerdas,sekolah di SMA terbaik di Jakarta,selalu juara umum,ketika lulus SMA diterima di beberapa perguruan tinggi negeri..sikapnya yang pendiam dan santun membuat iri setiap orang..tiada cela setitikpun..apalagi dengan deretan piala bukti keberhasilan nya..
Tiap lebaran reza berkumpul bersama sepupu2nya yg lain..”cucu kesayangan nenek duduk disamping nenek..” Kata neneknya..mulailah ritual itu dilakukan..berhadapan dngn saudara sepupunya,sang nenek dengan bangganya mengatakan..”Contohlah reza,dia anak cerdas,pintar,selalu juara..” Reza yg diomongin hanya tertunduk..ada rasa tidak nyaman ketika neneknya membanding2kan dia dengan sepupu2nya..dan kejadian ini terjadi bertahun2 setiap lebaran..
Saat ini reza menderita gangguan jiwa..alih2 menjadi manusia sukses..reza justru kehilangan ‘dirinya’ sendiri..hidup dalam ketakutan,takut gagal,takut mengecewakan dan semua menjadi tekanan berat baginya..
Dan saudara2 sepupunya tidak lebih baik nasib nya,mereka hidup dalam rasa iri berlebihan dan memusuhi reza,rasa minder,tidak percaya diri karena emotional abuse yg dilakukan nenek selama bertahun2
Reza hanya sepenggal cerita bu elly risman mengenai cemburu dan iri dalam seminar yg diselenggarakan oleh yayasan kita dan buah hati serta rumah parenting tgl 24 agt 2010..
Ada kisah seorang gadis cantik yg merasa dirinya pendek..dia merasa dirinya tidak menarik, terus menerus merasa kurang..padahal tingginya 175 cm dia merasa pendek dibandingkan teman2nya yg 165 cm..shg anak gadis ini tdk berani masuk tim basket sekolah..tubuhnya memang menjulang tinggi tapi jiwanya yang kerdil..anak ini mengalami ’emotional and verbal abuse’ sejak kecilnya
Sang ibu selalu membanding2kannya dengan orang lain,dan memberi julukan2 yg membuat nya tidak percaya diri.
Begitulah kita para orang tua,merasa telah melakukan yg terbaik bagi anak,tapi kita lupa,itu semua baik menurut kita tapi tidak menurut anak.
Tanpa sadar perbandingan2 ini melukai hati mereka,melukai hati orang yg dibanding2kan itu dan org yg dianggap lebih baik dari ‘korban’ rasa iri orang tua.
Pada saat orang tua mulai membanding2kan anaknya dengan anak lain,yg dipikirkan adalah dirinya sendiri..berharap sang anak akan termotivasi shg dapat menjadi sesuatu sesuai dengan harapannya..tanpa memperhatikan kebutuhan anak2..apakah mrk merasa tertarik dibidang yg sama atau justru mrk sama sekali tidak tertarik dan memiliki hal2 yg lebih menarik minatnya,sayang keinginan itu terus dipendam demi menuruti keinginan dan ambisi orangtuanya
Seperti kata Kharil Gibran..anakmu bukan anakmu..mereka adalah anak akhir zaman..biarkan mereka menjadi apa yg mrk inginkan,kita sebagai org tua cukup menjadi pendamping,mendampingi anak2 dalam keadaan genting..sebab jika mereka diberi kesempatan untuk Berfikir,Memilih dan Memutuskan(BMM), mereka akan menjadi anak2 mandiri.
Berapa banyak anak2 yang sejak kecil sukses dan populer tapi ketika remaja mrk mudah di ‘pengaruhi’ oleh orang lain.Karena sejak kecil mereka tidak diajarkan untuk memilih,semua dipilihkan,bahkan baju yg mrk kenakanpun adalah pilihan orang tuanya,atasan dan bawahan telah di pasang2kan menjadi satu yg pada akhirnya anak2 tinggal ambil baju yg disediakan ibunya.Untuk hal sederhana inipun kita tdk memberikan kebebasan pada anak2..apa salah jika mereka memilih kaos kuning dan bawahan hijau?atau kaos merah kesayangan terus menerus mereka pakai sampai warnanya pudar?
Itulah kita..merasa paling tau apa yang terbaik bagi anak2 kita..perasaan yg sebenarnya adalah ambisi kita sendiri..
Semoga kita tidak termasuk orang tua yg demikian..
~terinspirasi dari seminar iri dan cemburu oleh Ibu Elly Risman~
Tinggalkan komentar